Jumat, 12 Desember 2014

Puisi-puisi untuk Lomba Baca Puisi SD



MESKI PARU-PARUMU HANYA SATU YA JENDRAL
Karya: Sunardian Wirodono

Siapakah kau yang duduk dalam tandu, penuh debu dan keringat
Diiring ratusan lasykar dan lambaian berjuta rakyat
Siapakah kau yang berjas lusuh, mengenakan ikat kepala
Di tengah desing peluru musuh, dengan merah putih di dada

Aku tahu, ya aku tahu, kaulah yang turut menjaga negeri
Mempertahankan sejengkal tanah, ribuan nyawa dan harapan
Engkaulah yang keluar masuk hutan, melintasi malam gelap
Melewati lembah dan ngarai, menerobos hujan dan badai

Engkaulah yang membebaskan negeri dari bencana
Bukan dengan kata-kata, ya, bukan dengan kata-kata

Engkaulah desau angin, bergerak senantiasa
membangkitkan negeri dengan lagu-lagu merdeka
dari desa ke kota
dari kota ke desa

Engkaulah pahlawan itu, ya Jenderal, engkaulah itu
Karena engkau berjuang, menjaga keselamatan negeri
Untuk masa depan bangsa dan lukisan sejarah
Sepanjang waktu sepanjang kenangan anak cucu

Engkaulah pahlawan itu ya Jenderal, engkaulah itu
Karena semua yang terbaik, Telah kau berikan untuk negeri
Hingga yang tinggal hanyalah keletihan dan doa
Hingga yang tinggal hanyalah tubuh penuh luka

Tapi engkau tahu itu, semuanya takkan sia-sia
Karena ada yang mesti diselamatkan dari negeri ini

Meski paru-parumu hanya satu, ya Jenderal, hanya satu.

 


SALAM PADAMU RAKYAT BERJUANG
Karya: Djawasin Hasugian

Kudengar tangismu di seberang lautan
yang sedang berjuang, memeluk sinapang
Kudengar marahmu di tengah lautan
Di antara gunung dan pohon-pohon hutan
Hatimu yang terbakar - karena penindasan

Ku cinta kau rakyat berjuang
Orang-orang hitam, kuning, dan coklat
Di tanah dimana kau lahir, mati, dan beranak
Karena tanah kelahiran
Adalah tanah kecintaan - Anugrah tuhan

Karena siapakah?
Tak inginkan kemerdekaan?
Kebebasan dan kebahagiaan?
Mencangkul, menanam tanah kelahiran?

Lewat arus laut aku berpesan
Salam cintaku padamu, rakyat berjuang!

Sebab, kalau hati nurani manusia telah menuntut
Tak ada yang dapat menahan sekalipun maut
Bukanlah hidup hanya sekadar hidup
Panggullah sinapang
Pagi terang pasti datang
Di puncak gunungmu tanah pejuang
Karena tuhanpun tak hendakkan
Ketakadilan atas kemanusiaan.



KARAWANG BEKAS
Karya Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
Chairil Anwar (1948)

  




 download file wordnya di sini










Tidak ada komentar:

Posting Komentar